Aku dalam diri bingkai dua jiwa,
menyandang baluran puja dari cela,
yang jujur,
yang terkabut luka,
yang tertulis,
dari suratan cinta,
di Purnama ini
Purnama yang rapuh terlukis dalam cermin cahayanya
ketika kutitipkan rasa pada kupu-kupu yang bersemayam di hatimu
hingga membuat bibirku ingin mengecup pipi ranummu
rindu pun menjelma sajak bergulungan dalam ruang hati
setumpuk rasa ini menggulung,
menggema,
menyebut namamu bak gemuruh ombak yang kubaca dari getar bibirmu
sajak purnama tlah rapuh terlukis dalam cahayanya
menjelma bayang bayang retak
tapi nafas ini masih sempurna
berhembus dan berdetak merajut sebuah nama
namamu yang jauh disana
nama yang tersimpan
yang harum terselip sepi
pelita asa menyala hidup dan mati
tetap menyala dalam buaian pesisir
di antara sajak-sajak satir
dan purnama pun bersenandungkan sajak getir
~di purnama ini rindu menghenyakan kalbuku
FHOTO: Fashion of Sondaica
menyandang baluran puja dari cela,
yang jujur,
yang terkabut luka,
yang tertulis,
dari suratan cinta,
di Purnama ini
Purnama yang rapuh terlukis dalam cermin cahayanya
ketika kutitipkan rasa pada kupu-kupu yang bersemayam di hatimu
hingga membuat bibirku ingin mengecup pipi ranummu
rindu pun menjelma sajak bergulungan dalam ruang hati
setumpuk rasa ini menggulung,
menggema,
menyebut namamu bak gemuruh ombak yang kubaca dari getar bibirmu
sajak purnama tlah rapuh terlukis dalam cahayanya
menjelma bayang bayang retak
tapi nafas ini masih sempurna
berhembus dan berdetak merajut sebuah nama
namamu yang jauh disana
nama yang tersimpan
yang harum terselip sepi
pelita asa menyala hidup dan mati
tetap menyala dalam buaian pesisir
di antara sajak-sajak satir
dan purnama pun bersenandungkan sajak getir
~di purnama ini rindu menghenyakan kalbuku
FHOTO: Fashion of Sondaica
Bait pertama kok mirip punyaku ya?
BalasHapus